Jakarta – Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 di Indonesia mencatatkan angka 5,12% secara tahunan (year on year/YoY), melampaui kinerja kuartal I yang hanya mencapai 4,87%. Namun, lonjakan ini memicu keheranan di kalangan ekonom, mengingat kuartal I biasanya mendapat dorongan signifikan dari perayaan Idul Fitri dan Tunjangan Hari Raya (THR). Lantas, apa yang mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II ini? Badan Pusat Statistik (BPS) pun didesak untuk memberikan penjelasan lebih transparan.
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Melampaui Ekspektasi
Aktivitas ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang mengejutkan pada kuartal II 2025. BPS melaporkan pertumbuhan sebesar 5,12%, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya mencatat 4,87%. Padahal, kuartal I 2025 bertepatan dengan momentum Ramadan dan Idul Fitri, yang biasanya mendorong konsumsi masyarakat melalui THR, mudik, dan belanja kebutuhan hari raya. Transisi ke kuartal II, yang tidak memiliki pendorong serupa, membuat angka ini menimbulkan tanda tanya besar.
Berita Lainnya: Media Asing Soroti Abolisi dan Amnesti untuk Tom Lembong-Hasto: Kritik dan Analisis
Nailul Huda, ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), dengan tegas mempertanyakan capaian ini. “Kuartal I, yang diwarnai Ramadan dan Lebaran, hanya tumbuh 4,87%. Sangat tidak wajar jika kuartal II justru melonjak ke 5,12% tanpa pendorong konsumsi yang jelas,” ungkapnya kepada media, Selasa (5/8/2025). Ia menilai, pola pertumbuhan ini menyimpang dari tren historis, di mana kuartal dengan momen Lebaran selalu menjadi puncak aktivitas ekonomi.
Mengapa Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Dinilai Janggal?
Secara logis, kuartal I seharusnya unggul karena adanya stimulus ekonomi dari THR yang mulai dicairkan pada minggu ketiga Maret 2025. Selain itu, tradisi mudik dan belanja kebutuhan Lebaran, seperti pakaian, makanan, dan produk fesyen, biasanya memicu lonjakan konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor ini secara konsisten mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama setiap tahunnya. Namun, kuartal II 2025, yang tidak memiliki perayaan besar, justru menunjukkan performa lebih baik, memicu kecurigaan terhadap akurasi data.
Berita Lainnya: Tsunami Hantam Pesisir Jepang: Gelombang Pertama Capai 30 cm, Peringatan Gelombang Lebih Tinggi Masih Mengancam
“Pertumbuhan ekonomi kuartal II yang melebihi kuartal I terasa anomali,” tegas Nailul. Ia menyoroti bahwa tren pertumbuhan tertinggi biasanya terjadi pada kuartal yang bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran, sebagaimana data tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, capaian kuartal II ini dianggap tidak selaras dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia.
Desakan untuk Transparansi Data BPS
Menanggapi kejanggalan ini, Nailul mendesak BPS untuk memberikan penjelasan terperinci terkait metodologi perhitungan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025. Ia meminta BPS memaparkan indikator yang digunakan, termasuk data nilai tambah bruto sektoral dan komponen pengeluaran. “BPS wajib menjelaskan secara gamblang bagaimana angka ini dihasilkan. Transparansi data sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik,” ujarnya dengan nada tegas.
Selain itu, Nailul juga menyoroti perlunya BPS mengklarifikasi apakah ada faktor eksternal, seperti kebijakan fiskal atau investasi tertentu, yang mendorong pertumbuhan di luar dugaan pada kuartal II. Tanpa penjelasan yang memadai, kredibilitas data ekonomi nasional berisiko dipertanyakan.
Berita lainnya: 5 Game Paling Dinanti 2025: Dari Monster Hunter Wilds Hingga GTA 6 yang Fenomenal
Apa yang Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II?
Meski dianggap janggal, beberapa kemungkinan faktor bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025. Misalnya, stabilitas sektor ekspor atau kenaikan investasi di sektor tertentu, seperti infrastruktur atau industri, mungkin berkontribusi. Namun, tanpa data yang jelas, spekulasi ini belum dapat dikonfirmasi. Transisi menuju pemulihan ekonomi pasca-tahun sebelumnya juga bisa menjadi pendorong, meskipun dampaknya perlu dianalisis lebih lanjut.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga, yang biasanya menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia, tampaknya tidak memiliki stimulus signifikan pada kuartal II. Hal ini semakin memperkuat kebutuhan akan klarifikasi dari BPS untuk memastikan bahwa angka 5,12% ini mencerminkan realitas ekonomi yang sebenarnya.
Langkah ke Depan untuk Kejelasan Data
Ke depannya, BPS perlu segera merespons desakan ini dengan mempublikasikan laporan terperinci tentang metodologi dan indikator yang digunakan. Dengan transparansi, kepercayaan publik terhadap data ekonomi dapat dipertahankan, sekaligus membantu pelaku ekonomi memahami dinamika pertumbuhan kuartal II 2025. Sementara itu, para ekonom dan pengamat akan terus memantau perkembangan ini untuk memastikan bahwa capaian ekonomi Indonesia benar-benar mencerminkan kondisi riil masyarakat.
Catatan Redaksi
Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang mencapai 5,12% menunjukkan capaian yang mengesankan, namun juga memicu keraguan. Dengan absennya pendorong konsumsi seperti THR dan Lebaran, angka ini dinilai tidak wajar oleh para ekonom. BPS kini berada di bawah tekanan untuk memberikan penjelasan yang transparan guna menjaga integritas data ekonomi nasional. Publik menanti klarifikasi untuk memastikan bahwa pertumbuhan ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan kemajuan ekonomi yang nyata.